(Andai) Unit Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Minyak Bumi

Artikel ini saya ikut sertakan dalam lomba blog sobat bumi. Info klik disini

Jamwaker menunjukkan pukul 5.30 pagi. Walaupun masih ingin tertidur, saya harus segera mandi untuk menatap hari ini. Matahari masih mengantuk dibalik awan fajar. Saya mengambil sikat gigi, gayung, botol sabun dan langsung menuju kamar mandi kos sebelum keduluan yang lain. Setelah mandi, saya mempersiapkan perlengkapan standar untuk saya bawa ke pabrik seperti botol minum, buku binder, pulpen, dan laptop. Sebelum itu tak lupa saya membeli sarapan pagi untuk mengisi energi. Setelah itu langsung ambil helm dan pergi menggunakan motor untuk menghadapi tantangan hari ini.

Kalau membaca kalimat rutinitas pagi diatas sepertinya cukup standar-standar saja bukan ? Kegiatan itu saya lakukan setiap hari sebelum pergi bekerja. Coba kalian perhatikan kata benda yang saya gunakan di paragraf itu; jam, sikat gigi, gayung, botol sabun, botol minum, buku binder, pulpen, laptop dan helm. Saya yakin benda-benda tersebut juga berada di rumah kalian dan kalian pergunakan setiap hari. Lalu apa kesamaan benda yang saya sebutkan itu ? Mereka menggunakan plastik sebagai salah satu komponen materialnya.

Siapa yang mengira penemuan abad ke 20 itu sudah melekat dengan erat ke kehidupan kita sehari hari. Coba lihat ke sekeliling anda…., adakah benda yang terbuat plastik ? Wait sebelum melongo kemana-mana, tidak perlu jauh-jauh. Casing laptop atau komputer atau ponsel yang anda gunakan sekarang juga mengandung plastik. Botol, kantung kresek dan perabot rumah, sebagian besar terbuat dari plastik. Plastik menjadi benda yang sangat multifungsi karena sifatnya yang kuat namun ringan dan lentur. Selain itu sifat plastik yang mudah dibentuk dan tahan panas (untuk jenis tertentu), membuatnya sangat berprospek untuk dijadikan berbagai macam benda untuk berbagai kegunaan. Bayangkan kalau misalnya tidak ada plastik…, hmm bakal bawa logam kemana-mana untuk mengsubtitusi fungsi plastik.

Apa kalian tahu sebenarnya plastik itu terbuat dari apa ? Apakah plastik terbuat dari bijih plastik seperti besi. Hmmm bisa dibilang begitu. Plastik berasal dari bijih plastik, namun bijih plastik tidak didapat dengan cara penambangan layaknya bijih besi. Bijih plastik didapat dari proses penyulingan minyak bumi. Minyak bumi ? Ya jadi bijih plastik adalah produk samping ketika membuat bahan bakar untuk mobil-mobil di jalanan.

Bagaimana bisa ya plastik dan bensin premium berasal dari satu sumber yaitu minyak bumi. Sebenarnya minyak bumi dan plastik sama-sama terdiri dari rantai karbon panjang. Kalau mau dianalogikan, anggap minyak bumi itu susu kedelai sedangkan plastik itu tempe goreng. Dua-duanya adalah makanan yang berbeda tapi berasal dari sumber yang sama yaitu kacang kedelai, hanya saja cara pengolahannya berbeda.

Jadi ketika minyak bumi berhasil di ambil dari perut bumi, minyak bumi mentah tersebut harus diolah terlebih dahulu dengan cara

  1. Desalting. Minyak yang baru keluar mengandung banyak rantai hidrokarbon dari C1-C50. Desalting dilakukan dengan mencampurkan minyak mentah dengan air untuk melarutkan zat-zat mineral yang larut dalam air. Pada proses ini juga ditambahkan asam dan basa dengan tujuan untuk menghilangkan senyawa-senyawa selain hidrokarbon.
  2. Distilasi adalah proses pemisahan berdasarkan titik didihnya. Jadi C1, C2, C3 sampai C50 itu memiliki titik didih yang beda. Jika minyak mentah dipanaskan maka C1 akan menguap terlebih dahulu kemudian disusul C2, disusul C3, olehkarena itu akan terjadi pemisahan antara rantai karbon.
    • Gas (C1 sampai C5), Titik didih : 0 sampai 50°C
    • Gasolin (Bensin) (C6 – C11), Titik didih : 50 sampai 85°C.
    • Kerosin (Minyak Tanah) (C12 – C20). Titik didih : 85 sampai 105°C
    • Solar (C21 – C30). Titik didih : 105 sampai 135°C
    • Minyak Berat (C31 – C40). Titik didih : 135 sampai 300°C
    • Residu (> C40). Titik didih : > 300°C
  3. Distilasi minyak mentahCracking. yaitu penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Contoh kracking ini adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi bensin. Rantai karbon C21-C30nya dipotong sehingga mendapat rantai karbon C6-C11.
  4. Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih baik (rantai karbon bercabang).
  5. Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar. Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa isobutena (C4) dengan senyawa isobutana (C4) menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu isooktana (C8).
  6. Treating. Treating merupakan proses penghilangan kotoran pada minyak bumi.
  7. Blending. Blending merupakan proses penambahan zat aditif

Nah ketika proses polimerisasi inilah bijih plastik dibuat sebagai produk samping. Plastik dibuat dengan reaksi polimerisasi molekul-molekul kecil (monomer) yang sama, sehingga membentuk rantai panjang dan kaku dan akan menjadi padat setelah melewati temperatur pembentukan nya. Jenis plastik ada banyak yaitu Polietilen (Kantung plastik, botol air mineral, botol oli), polipropilen (tempat makanan), dll. Polietilen, poli artinya banyak dan etilen adalah monomer dari plastik polietilen. Kalau dianalogikan ini seperti membuat benteng manusia. Etilen disini adalah manusia. Ketika 100 manusia bergandengan tangan maka akan di dapat benteng manusia atau poli-manusia. Untuk membuat polietilen, ratusan/ribuan etilen harus ‘digandengkan’.

polietilen

Somehow, semua plastik yang kita pakai akan kita buang karena sudah rusak atau habis masa pakai. Yang sering menjadi perdebatan adalah sifat plastik yang digunakan sekarang ini tidak bisa diurai oleh mikroorganisme sehingga menimbulkan permasalahan lingkungan. Sebenarnya bukan tidak bisa hanya saja membutuhkan ribuan tahun bagi mikroorganisme untuk mengurainya. Sebenarnya ini masalah klasik yang (masih) terus diributkan. Saya yakin orang-orang yang meributkan ‘plastik merusak lingkunganpun’ pasti menggunakan plastik juga dalam kesehariannya.

Untuk bisa mengatasi permasalahan lingkungan akibat plastik ini maka solusinya adalah berhenti menggunakan plastik atau mengolah sampah plastik alih-alih membuangnya. Untuk solusi pertama, rasanya sulit untuk mensubtitusi fungsi plastik yang sudah sangat dekat dengan kehidupan manusia. Memang sekarang ini sudah diciptakan plastik biodegradable atau plastik ramah lingkungan atau plastik yang bisa diurai mikororganisme dengan cepat. Plastik ramah lingkungan ini menggunakan bahan baku nabati seperti pati, jagung atau singkong. Namun tetap saja penggunaan plastik dari minyak bumi tetap mendominasi. Untuk solusi pengolahan sampah plastik sebenarnya sudah banyak dilakukan untuk meminimalisir volume sampah plastik. Plastik di daur ulang menjadi plastik bentuk lain. Hanya saja upaya daur ulang ini tidak sebanding dengan penggunaan plastik dari minyak bumi.

Akibat terburuknya dari masalah ini…, katakan saja ada pulau sampah sebesar negara Texas di samudera pasifik. Well it’s true dan pulau itu disebut The Great Pacific Garbage Patch yang sebagian besar terdiri dari sampah plastik. Perkataan klisenya adalah memang ini sudah menjadi masalah kita semua dan sudah seharusnya kita harus bertindak. Solusi termudah dan tercepatnya adalah tidak menggunakan plastik sama sekali. Tidak ada asap kalau tidak ada api…., tidak ada sampah plastik kalau tidak ada yang memakai plastik, namun kalau tidak menggunakan plastik pakai apa dong ???

Great pacific garbage patch

Great pacific garbage patch

Oke, mari fokus ke solusi kedua, mengolah sampah plastik alih-alih membuang. Kira-kira diolah menjadi apa ya selain menjadi plastik dalam bentuk lain ? Dari tanah kembali ke tanah, dari minyak bumi kembali ke minyak bumi. Plastik berasal dari minyak bumi maka daur ulang terbaik adalah mengembalikannya menjadi minyak bumi kembali. Bagaimana caranya ya ? Kalau misalnya kembali ke analogi kedelai tadi, memangnya bisa membuat tempe kembali ke kacang kedelai ? Mengubah plastik menjadi bahan bakar minyak. Hmm sebenarnya tidak heran sama sekali. Kalimat ini sudah saya dengar sekitar 3 tahun lalu ketika kuliah.

Memang bagaimana caranya ? Kalau menggunakan contoh polietilen tadi…, anggap saja kita bisa memotong rantai polietilen menjadi etilen-etilen yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan. Lalu etilen-etilen tersebut akan disusun sehingga membentuk susunan rantai karbon bensin atau solar. Ini seperti bermain lego saja. Kita membongkar bentuk mobil menjadi komponen terkecilnya kemudian menyusun kembali komponen itu menjadi sebuah bentuk rumah. Memang mudah untuk dikatakan, tapi apa memang bisa ya ?

Salah satu metode untuk melakukan hal tersebut adalah pirolisis. Apa lagi itu pirolisis ? Pirolisis adalah dekomposisi kimia melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. The key is pemanasan tanpa oksigen. Ini berbeda dengan pembakaran dimana pembakaran membutuhkan oksigen. Pada pirolisis, plastik dipanaskan sehingga berubah fasa menjadi fasa uap. Pemanasan ini akan memutuskan ikatan polimer pada plastik sehingga menjadi monomer yang lebih pendek. Kemudian uap ini didinginkan kembali menjadi fasa cair. Cairan ini akan dijadikan bahan dasar minyak. Dengan destilasi ulang menggunakan temperatur berbeda, minyak mentah dari plastik tersebut diproses menjadi premium atau solar.

Diluar negeri sebenarnya minyak bumi dari plastik ini sudah dikembangkan salah satunya di Jepang. Adakah Akinori Ito, penemu Mesin pengubah sampah plastik menjadi minyak. Mesin yang diciptakan oleh Akinori memproses polyethylene, polystyrene and polypropylene menjadi bahan bakar yang dapat digunakan untuk menyalakan kompor, mobil bahkan kapal. 1 kilogram plastik dapat menghasilkan 1 liter bahan bakar dengan listrik 1 kilowatt dengan perkiraan biaya kurang lebih 20 cent atau kira-kira 2000 rupiah. Wah murah cuy. Mesin pengubah plastik menjadi minyak ini sudah diproduksi secara masal di Jepang. Ada kurang lebih 60 unit yang tersebar di pertanian, tempat-tempat penangkapan ikan dan di pabrik-pabrik kecil.

Sebenarnya tidak perlu jauh-jauh melihat ke Jepang. Lihat saja karya anak SMK 3 Madiun yang bisa melakukan hal yang sama. Ide yang pertama datang dari Tri Handoko, seorang guru, ini mampu mengubah 1 kilogram plastik menjadi 1 liter minyak mentah. Ketika diolah menjadi premium atau solar, hasilnya tinggal 0,8-0,9 liter. Prinsip yang digunakan kurang lebih sama dengan prinsip yang digunakan Akinori Ito di Jepang. Ini membuktikan sebenarnya Indonesia sudah bisa untuk menerapkan teknologi ini lebih jauh lagi. Berikut skema alat yang digunakan Tri Handoko untuk proses ini.

Alat pengolahan minyak bumi dari plastik karya Tri Handoko

Alat pengolahan minyak bumi dari plastik karya Tri Handoko

Penggunaan bahan bakar minyak berbasiskan sampah plastik ini memang tidak akan menyelesaikan ketergantungan dunia dari minyak bumi, namun setidaknya bahan bakar berbasiskan sampah plastik ini dapat menyelesaikan permasalahan sampah plastik. One day, minyak bumi akan semakin langka karena konsumsi yang semakin meningkat sedangkan cadangan minyak bumi semakin menipis. Minyak dari sampah plastik ini bisa dijadikan kilang minyak baru yang bisa menambah cadangan minyak mentah. 1 Kg bisa 1 liter. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup, di seluruh Indonesia, ada 176 ribu ton sampah pertahun. Sebanyak 15 persen di antaranya adalah sampah plastik kemasan sekali pakai. Berarti untuk Indonesia saja ada 26 juta kg sampah plastik sekali pakai.

Kebutuhan BBM semakin meningkat, sampah plastik semakin menumpuk, dan ada teknologi pengubah sampah plastik menjadi minyak. Tiga hal tersebut sangat bisa untuk dihubungkan menjadi sebuah simbiosis. Saya mencoba membayangkan di salah satu unit pengilangan minyak pertamina, ada unit pengolahan minyak dari sampah plastik yang terletak di samping unit pengolahan bumi. Lalu minyak yang dihasilkan dari unit pengolahan minyak dari sampah plastik tersebut dialirkan melalui pipa untuk dilakukan distilasi dan seterusnya. Untuk mewujudkan hal tersebut memang tak mudah. Kajian mendalam harus dilakukan dan tentunya suntikan dana yang tidak sedikit. Sebagai warga biasa, saya serahkan ke pemerintah dan pertamina , namun saya yakin Indonesia bisa melakukan ini. Kalau luar negeri bisa, kenapa kita tidak ? Anak-anak SMK 3 Madiun telah membuktikan kalau kita bisa. Ini bisa menjadi sumber alternatif energi baru yang dapat langsung dimanfaatkan untuk kendaraan bermotor.

Kita sebagai warga punya andil yang sama besar dengan pemerintah untuk merealisasikan hal tersebut. Caranya mulai dengan memilah-milah sampah terutama sampah plastik. Jujur, saya sendiri baru melakukan pemilahan sampah membusuk atau tidak membusuk bila ada tempat sampah khusus yang disediakan oleh pemda sekitar. Selain itu tentnya kita harus menggunakan plastik. Hehe. Well, bagaimanapun kita harus menghemat penggunaan plastik sekali pakai. Sekalipun teknologi pengolahan minyak bumi dari sampah plastik skala pabrik sudah ada, sampah plastik akan tetap menumpuk bila penggunaannya melebihi kapasitas produksi. Banyak cara penghematan plastik yang bisa kita lakukan, yang sudah saya lakukan adalah dengan menggunakan botol minum tidak sekali pakai dan membawa kresek sendiri bila membeli makanan di warung. Mungkin selagi menunggu skala pabrik dari teknologi ini, kita bisa mengaplikasikan teknologi ini dalam skala yang lebih kecil seperti yang dilakukan anak SMK 3 madiun.

So, kesimpulannya. Sampah plastik berasal dari minyak bumi dan teknologi untuk mengkonversi plastik menjadi minyak bumi bukanlah sebuah ide atau teknologi baru. Pengembangan secara masal untuk unit pengolahan sampah plastik dari minyak bumi bisa menjadi alternatif untuk pengolahan sampah plastik dan alternatif sumber minyak mentah yang makin menipis. Inilah dua keuntungan dari teknologi ini, sampah plastik hilang dan minyak didapat. Indonesia sebenarnya sudah mampu untuk Warga dan pemerintah sama-sama memiliki andil yang sama besar untuk bisa mewujudkan hal ini.

*menurut kalian mungkin nggak sih ada unit pengolahan sampah plastik dari minyak bumi ini ? Ditunggu komentarnya ya ?

Pertamina

sumber :

http://www.scribd.com/doc/40007301/Plastik-Molding

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana%200606249_IE6.0/halaman_10.html

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-sma-ma/teknik-pengolahan-minyak-bumi/

http://en.wikipedia.org/wiki/Pyrolysis#Plastic_waste_disposal

http://indonesiaproud.wordpress.com/2011/12/01/tri-handoko-mengubah-limbah-plastik-jadi-bahan-bakar-minyak/

http://relax-potion.blogspot.com/2011/03/mesin-yang-bisa-mendaur-ulang-sampah.html

http://edukasi.kompas.com/read/2012/02/20/08513643/Sampah.Plastik.Jadi.Minyak

23 comments on “(Andai) Unit Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Minyak Bumi

  1. Bagus idenya wid.. emang kudu diterapkan di Indonesia. Seperti yang kita semua tahu, di jakarta saja produksi sampah bisa mencapai 5 ton per hari.. asumsikan 20%sampah plastik, 1 ton per hari… bisa dapet 1000 L… 10 barrel…ya mayan lah nambah penghasilan produksi minyak bumi Indonesia yang decline… anyway, good idea, semoga menang dan dapat diterapkan secara massal sehingga dapat mengurangi permasalahan sampah.

    • Iya, jadi kita bisa mengurangi volume impor BBM plus mengurangi sampah plastik. Jadi ada benefit untuk sumber energi dan benefit untuk lingkungan.
      Kan skala kecil udah ada, coba dikembangin skala pilot, terus skala industri.
      Tapi tetep kita harus efisien dalam pemakaian plastik. Kapasitas produksi pasti nggak akan sebanding sama volume sampah.
      Ngebayangin aja sih ada Vessel besar di samping distilasi minyak mentah yang isinya unit ini.
      Nothing is imposible, apalagi ada lo Nies yang mau kerja di oil and gas company. haha

  2. wah bagus bagus wid
    Jadi plastik itu asalnya minyak bumi ya.
    Gw suka idenya dengan mengubah kembali ke asalnya.
    Tapi sampah plastik gitu kan kotor, ngaruh ke bensinnya ga wid ?

    • Harusnya sih ngaruh. Makanya butuh peran dari kita juga untuk memilah-milah sampah biar sampah plastik nggak kotor. Jadi keberhasilan ada di pemerintah sama di kita juga sebagai warga

  3. Berarti juga butuh peran dinas kebersihan. Jangan sampai sudah dipilah-pilah dirumah tapi ujung-ujungnya disatuin lagi.
    btw sukses lombanya

    • Sip, emang harus begitu juga. Dinas kebersihan juga harus memfasilitasi pemilahan sampah. Jadi emang banyak pihak yang terlibat.
      Btw, kalau pemilahan sampah ini menurut aku lebih baik dilaksanakan walaupun tanpa adanya unit pengelolaan sampah plastik menjadi bensin ini. Daur ulang akan lebih mudah dengan adanya pemilahan sampah.

    • Sama-sama. Btw Salam kenal ya.
      Iya saya setuju. Keuntungan teknologi ini juga ada untuk lingkungan. Untuk bisa diaplikasikan secara skala besar saya rasa masih panjang jalannya, namun pasti bisa

    • iya amin, semoga Indonesia bisa menerapkan ini dalam skala besar agar menambah cadangan bensin. Kan lagi ribut-ributnya tuh sekarang BBM subsidi mau dibatasi. Btw salam kenal

  4. wid keren idenya…tapi mungkin harus dipertanyakan dan dikaji lagi, kalo emang bisa bikin minyak bumi pake pirolisis dari plastik..kenapa perusahaan gede kaya exxon, bp, total ga pake teknologi itu di refinery mereka dari dulu ?? (nah ini, ato mungkin gw gatau mereka udah pake ato engga.. bisa jadi)…

    keren sih, tapi harus dikaji lagi feasibilitasnya…intinya jangan kaya bikin hidrogen dari air (elektrolisis) bagus idenya eh kan ternyata emang ga feasible untuk skala industri..

    gitu..pendapat sotoy gw wid

    semoga berguna dan good luck 🙂

    • Sebenernya di jepang udah memulai untuk memproduksi ini dalam skala besar, tapi gw baru tahu pas nyari-nyari refrensi buat lomba ini. Tapi jepang dah make semenjak lama. Mungkin yang perusahaan2 gede gitu kasusnya sama. Maybe mereka udah memulai tapi belum disosialisasiin atau masih dalam tahap penelitian atau emang kita yang nggak tahu.
      Iya kalau hidrogen dg elektrolisis itu kan ga feasibel dari segi konsumsi energi kalau yang ini dari segi konsumsi energi cukup feasible (utk skala kecil tapi).
      Emang iya si, butuh kajian untuk di terapkan di indonesia,apalagi melihat sifat masyarakat indonesia ke sampah plastik.
      Btw thanks for komen Winnie. Nah mungkin ini bisa jadi PR lo yang akan masuk oil & gas company (amin). Hehe

  5. Coba saya tanggapi
    Dari sisi ekonomis
    Biaya untuk membuatnya mungkin Rp 2.000 per liter, tapi ini skala kecil saja. Untuk skala besar pasti membutuhkan investasi besar sebab proses pirolisis di pabrik membutuhkan energi yang sangat besar, tidak jarang biaya produksi dan biaya penjualan produk hampir impas karena ini. Unit pirolisis kecil bisa menghasilkan 1.000 ton/hari, ini artinya anda membutuhkan minimal 1.000 ton plastik untuk dikirim ke unit pengolahan. Biaya mengumpulkan dan mendistribusikan plastik dalam jumlah besar ke plant pasti mahal. Belum dipertimbangkan apabila terjadi keterlambatan pasokan plastik bekas, bisa-bisa load plant turun atau di shut down bila feed plastik terlalu sedikit. Jadi lebih murah untuk membuatnya dalam skala kecil saja (mandiri) seperti di Jepang sebab biaya distribusi rendah, atau para pengepul plastik di Indonesia biasanya menjual ke juragan plastik dan dibuat plastik dengan grade lebih rendah sebab secara teknologi dan technical lebih mudah dan murah prosesnya, hanya membutuhkan pembersihan dan pemisahan secara fisik dan sebuah extruder untuk diubah kembali menjadi bijih plastik dengan grade lebih rendah.

    Dari sisi proses
    Plastik bekas pasti mengandung kotoran yang bisa dibersihkan dengan proses fisik, dan aditif sisa berupa pewarna, stabilizer, anti UV yang harus dipisahkan dengan reaksi kimia. Ini artinya diperlukan unit pengolahan secara fisik dan kimia, tidak hanya unit pirolisis saja. Kemudian saya baca di artikel anda, unit pirolisis akan menghasilkan bensin dan solar. Ini artinya diperlukan unit refinery setelah produk keluar dari reaktor pirolisis. Sebagai perbandingan, minyak bumi berbentuk naphta, rantai karbon rendah C5-C12 berbentuk jernih yang kemurniannya tinggi, masih menimbulkan terbentuknya coking akibat temperatur tinggi yang mengakibatkan tersumbatnya pipa-pipa proses di unit pirolisis. Bagaimana dengan plastik yang mungkin mengandung pengotor kimia atau fisik dimasukkan ke tangki pirolisis? Bisa-bisa plant sering di maintenance sebab harus decoking (menghilangkan coke atau sumbatan di pipa) dan proses pembersihan akan sulit apabila plastik lengket di pipa akibat panas.

    Dari sisi technical
    Plastik itu banyak macamnya polietilen, polipropana, polietilen tereftalat, polistirene dan polivinil clorida. Untuk mengumpulkan 1.000 ton plastik perhari di satu tempat sulit, apalagi anda harus mampu untuk memilahkan berbagai macam plastik menjadi masing-masing jenisnya sebab akan sulit untuk menentukan kondisi operasi plant (terutama temperatur pirolisis) jika feed nya terdiri dari berbagai macam campuran.
    Membuat banyak reaktor untuk masing-masing jenis plastik merupakan suatu pilihan, namun ini artinya investasi yang tinggi, dan butuh jumlah feed yang besar sebab banyak reaktor dimiliki.

    Anyways, ide anda sebenarnya bagus sekali jika masalah-masalah ini bisa dipecahkan dengan keilmuan dan pengalaman teknik yang dimiliki rekan-rekan sekalian. Apabila anda sanggup membangun sistem distribusi dan pemisahan sampah plastik yang terintegrasi serta sanggup mendesain reaktor pirolisis plastik skala besar, saya rasa akan banyak perusahaan minyak sekelas pertamina, total atau chevron melirik investasi ini.

    Semoga sukses dan memajukan keilmuan dan keprofesian teknik kimia.

    • Super banget san komentar lo.
      Anyway, pakai bahasa lo gw nggak apa-apa kali. Nggak usah terlalu kaku juga di blog gw.
      Mau nanggapin.

      – “Biaya mengumpulkan dan mendistribusikan plastik dalam jumlah besar ke plant pasti mahal”. -> gw kurang setuju sama pendapat ini. Mahal atau nggaknya biaya mengumpulkan dan mendistribusikan plastik bergantung pada kita (warga) sendiri. Mau nggak kita milah sampah plastik dari awal. Kalau misalnya udah kepilah kan tinggal di distribusi aja sebenarnya. Kalau misalnya belum dipilah dari awal dan ngambil sampah plastiknya dari TPA emang akan butuh biaya lebih.

      – “Belum dipertimbangkan apabila terjadi keterlambatan pasokan plastik bekas, bisa-bisa load plant turun atau di shut down bila feed plastik terlalu sedikit” -> kenapa harus terlambat ? Setiap hari kita pasti pakai plastik dan pasti langsung buang ketempat sampah. Setiap hari produksi sampah plastik banyak dan itu nggak sebanding sama recyclenya jadi selama belum ada pensubtitusi fungsi plastik sih gw nggak khawatir sama bahan baku.

      – “para pengepul plastik di Indonesia biasanya menjual ke juragan plastik dan dibuat plastik dengan grade lebih rendah sebab secara teknologi dan technical lebih mudah dan murah prosesnya” -> Kalau dari plastik menjadi plastik lagi sama aja dari sampah hanya akan menjadi sampah lagi. Ditambah lagi sama produksi plastik yang dari minyak bumi. Kalau dilihat secara neraca massa berarti jumlah sampah plastik akan terus terakumulasi. Ini poin yang sebenarnya pingin gw tekankan kalau sebenarnya bisa mengubah sampah menjadi emas hitam.

      – “Plastik bekas pasti mengandung kotoran yang bisa dibersihkan dengan proses fisik, dan aditif sisa berupa pewarna, stabilizer, anti UV yang harus dipisahkan dengan reaksi kimia” -> kalau menurut gw ini emang harus dikaji san. Tapi kalau dari skala kecil yang dilakukan SMK itu nggak perlu pretreatment yang repot-repot banget. Who knows nggak perlu pretreatment setelah dikaji. Kemungkinan selalu ada.Jadi bagaimana caranya menciptakan pretreatmen yang efisien secara harga juga.

      – “Dari sisi technical: Plastik itu banyak macamnya polietilen, polipropana, polietilen tereftalat, polistirene dan polivinil clorida. Untuk mengumpulkan 1.000 ton plastik perhari di satu tempat sulit, apalagi anda harus mampu untuk memilahkan berbagai macam plastik menjadi masing-masing jenisnya-” -> Ini harus dikaji dulu. Apakah plantnya bisa multi input untuk jenis plastik yang berbeda-beda nggak ? Kalau bisa berarti fine-fine aja, kalau nggak bisa berarti balik lagi ke awal. Kita sebagai warga mau ga di edukasi tentang plastik dan mau nggak memilah plastik berdasarkan jenis-jenisnya. Kalau dari rumah tangga udah dipilah sampai spesifik se kebutuhan plantnya kan ini bukan masalah. Terkadang kita mau enaknya dan nuntut aja BBM bersubsidi nggak boleh dibatasin namun dari kita sendiri nggak mau usaha untuk membuat BBM jadi nggak dibatasin (ex : naik angkot, dll).

      Sebenarnya ini teknologi udah ada. Bahkan di jepang udah dikembangin ke skala yang lebih besar (disana pemilahan sampahnya oke). Skala kecil di indonesia udah ada. Kalau mau diimplementasiin, i think masalah besarnya ada di masyarakat yang mau nggak milah sampah untuk mengefisienkan dana pemilahan sampah. Peran disini bukan cuma peran pemerintah dan dinas kebersihan namun ada peran warga juga. Mau cadangan bensin mau nambah ya kita kudu usaha juga dong

      Amin, semoga bisa jadi kenyataan ini ide. Menang nggak menang yang penting gw udah lega bisa nulis ini.

  6. Mengenai biaya transportasi sampah mahal atau tidak yang pertama memang dikarenakan warga dan dinas kebersihan dalam memilah sampah, seandainya sanggup. Muncul masalah kedua yaitu kuantitas sampah. Pertama, pernahkan anda mencari tahu berapa jumlah sampah plastik? misalnya di DKi Jakarta, apakah sampai 1.000 ton per hari? Yang kedua mau dibangun dimana unit pengolahan plastik ini? Saya ingatkan bahwa semakin dekat dengan sumber bahan baku, maka biaya transportasi semakin murah, namun mustahil untuk membangun industri kimia di kota yang padat penduduk. Ijin pembangunan industri akan didapatkan di daerah luar kota atau daerah industri misalnya di Cilegon. Pernahkan anda perkirakan berapa jarak antara plant yang anda bangun dengan tempat pengumpulan sampah di kota?

    Mengenai keterlambatan pasokan bahan baku sangat layak dipertimbangkan. Alasannya anda menggunakan apa untuk mengangkut sampah plastik ini? Dengan kapal? atau dengan truk? Kalau anda memilih kapal ini artinya anda harus menyiapkan investasi berupa beberapa kapal besar (bayangkan 1.000 ton diangkut tiap hari) beserta fasilitas pengangkutan di pelabuhan baik di plant maupun di kota. Namun bisa dijamin hampir tidak ada keterlambatan pasokan. Bila anda memilih menggunakan truk, baik ini mudah dan relatif murah, namun macet tidak mungkin bisa dihindari. Ini pengalaman yang saya dapat selama berkecimpung di dunia kerja. Sekali lagi saya ingatkan 1.000 ton plastik diangkut menggunakan truk, pernahkan anda hitung berapa truk dibutuhkan untuk mengangkut ini?

    Secara filosofi pengolahan limbah, memang salah mengumpulkan plastik dan diolah menjadi lower grade plastic. Namun paling tidak ini bisa menekan laju produksi plastik dengan menggunakan daur ulang. Semoga ide anda menjadi salah satu solusi masalah inii.

    Mengenai pretreatment, ya saya belum punya pengalaman tentang ini, saya tidak bisa memberi pertimbangan. semoga ada teknologi yang bisa digunakan, atau anda merancang sendiri dengan hysys misalnya. Jadi kita tidak meraba-raba dan hanya bilang semoga pretreatment yang efisien ditemukan. Mengenai multi input feed plant, saya rasa sulit. Yang pertama PVC mempunyai monomer berupa klorida dan PS mempunyai monomer berupa stirene (senyawa aromatik). Artinya butuh perancangan sistem pemisahan untuk memisahkan klorine dan aromatik dari bensin dan solar yang anda hasilkan. Kedua, pernahkan anda kaji berapa temperatur leleh atau pirolisis dari masing-masing plastik. Seandainya temperatur pirolisis nya sama, tidak masalah, namun jika beda? Yang terjadi adalah plastik dengan temperatur leleh lebih rendah, tidak hanya ter “cracking” menjadi bensin dan solar, namun senyawa karbon lebih sederhana lagi, misalnya etilen, propilen, C4, atau lebih rendah lagi residu C. Residu C ini biasa dikenal dengan coke yang menyebabkan terbentuknya residu karbon yang menyumbat pipa dan mengurangi transfer panas.

    Teknologi yang anda bilang adalah pretreatment, reaksi, dan pemisahan di skala kecil. Yang saya maksud adalah teknologi licencor berskala besar. Apakah sudah anda cek di patent luar negeri atau perusahan pemilik lisensi semisal UOP, mereka memiliki teknologi semacam ini?

    Semoga diskusi ini bisa meningkatkan sense of engineering kita. Majukan Indonesia dengan profesionalitas kita wid.

  7. insya Alloh saya perjuangkan..!
    Minta do’anya moga” ide” gila saya berhasil…
    Bensin 4000rb/l spertinya bagus. 🙂
    Ajzkh..

  8. rencana yg bagus tuk buat perusahaan yg bisa qt andalkan di negara ini,qt butuh suport pemerintah dan kerja sama perusahaan minyak,seperti pertamina agar k’adaan makin baik,dan rencana bisa berjalan dengan lancar,,,,,

  9. menurutku ide ini bagus banget..tapi..minyak yang dihasilkan juga lebih penting lagi untuk dikaji lagi…apakah bener bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif..karena pemikiran” seperti memang sangat bagus, tapi terkadang menjadi kendala..salah satu contohnya biodiesel dari limbah dengan memanfaatkan potensi mikrobia..akan tetapi, energi yang dihasilkan memang besar, tetapi butuh energi juga dalam proses tersebut..sehingga sebisa mungkin ketika ingin output menghasilkan energi, penggunaaan energi juga diminimalisir juga…heeee

    • Memang harus dikaji dulu kalau untuk skala komersial agar cocok dengan BBM yang lazin digunakan. Yang pasti harus ada treatment juga karena bagaimanapun plastik ada zat-zat aditif dan pengotornya

Leave a reply to Ganies Ryadi Wicaksono Cancel reply